Formasi HI (sebilah panji di bawah terik matahari)

>> Saturday 26 December 2009

Ada gelora yang menggetarkan relung-relung hati yang cadas
Bulir-bulir peluh tlah basahi wajah-wajah berani dengan panji yang telah terpancang dalam menghunjam ke perut bumi
Pijakan kaki-kaki kami bukanlah pijakan basa-basi penghias ruas-ruas bumi
Tapi ini adalah sebilah panji yang kan mematahkan leher-leher arogansi
Kami, perombak kekuatan yang mengguncang sendi-sendi bumi persada
peretas kekakuan yang meretakkan tulang-tulang
penghalau anjing-anjing tirani
Jangan tuduh kami yang bukan apa-apa!
Kami hanyalah suara nurani yang mencoba memercikkan kekuatan yang kian padam
Kami, formasi HI tak kan lekang di bawah terik matahari
tak kan usang diterpa badai
Kami, formasi HI, para peretas jalan yang mencoba menapaki langkah-langkah berani di bumi persada tercinta ini



Bundaran HI
Rabu, 30-09-99

Tigabelas hari setelah eksplorasi Pulau Pari, aku berdemo di Bundaran HI dengan mengusung agenda yang aku dah lupa bangets (kalo gak salah tentang reformasi yang mati suri gitu dech...ini waktu zaman Gus Dur loh! weleh..weleh...). Sebenarnya kawan, puisi-puisi di Leuweung Sancang lebih dulu hadir ketimbang puisi-puisi Pulau Pari. Tapi, karena dokumen yang aku miliki rada-rada ngacak, maka jadinya yaaa gini dech.... Amatiran, kolot, dan membingungkan...haha. Tapi, biar begitu yang penting bagiku tetep hepiiiiiii.... hoho...

Read more...

Formasi Barringtonia (Elegi di Tepi Samudera) - [DUA]

Dan kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi, sesungguhnya Kau Maha Kuasa atas segala sesuatu...

Kami, para penetrasi zaman
tak layak diagungkan dan dikenang dengan alunan senapan maupun lagu
Kami, tak layak dirayakan
kerna kami adalah pengubur sejarah
sejarah yang penuh kepiluan, kezaliman dan kemunafikan serta ketidakadilan

Sungguh, kukatakan padamu:
Kami bukan apa-apa, tapi kami tak terkalahkan!

Ada saatnya pantai dan teluk tergenang oleh pasang surut yangterus merambah ke sela-sela karang saat mentari kan terbenam
Ada saatnya Brugueira menampakkan keperkasaan akar-akar tunjangnya atau Sonneratia yang menghempaskan dedaunannya ke langit tinggi
Kau lihat Barringtonia yang kian mencekam dengan suara kepiluan dari ujung samudera?
Rasakanlah itu wahai petualang muda!
Kau belum apa-apa!
Hai sobat, coba dengar yang kukatakan padamu:
Formasi Barringtonia tak cukup menghias asa dalam temaram senja
tak cukup mengguratkan hati dan wajah yang kian letih

Ini hanyalah sebuah elegi dalam maraknya abrasi
Ya, benar!
Rhizopora pun tlah menyampaikan pesan, Barrintonia kan bersama menyertai kami hingga Sancang membalut duka yang belum terobati

Petualang muda
Sadarkah kau bahwa hari ini pucuk-pucuk formasi Barringtonia melambaikan salam kepada kami
menapak bukan sekedar keingintahuan
tapi, ia harus dengan keyakinan dan pemahaman
Barringtonia, formasi yang tak usang diterpa zaman


Leuweung Sancang
Jumadil Akhir 1420 H


Note: ini ceritaku saat menerabas hutan pantai Leuweung Sancang bersama tim. Saat diriku untuk pertama kali melihat pohon Dipterocarpus dengan tinggi puluhan meter. Gagah, rindang dan kokoh. Karena inilah hutan Dipterocarpus yang tersisa di tanah jawa bahkan satu-satunya. Menyedihkan...
Kelak aku akan melihat hutan Dipterocarpus yang lebih luas dan eksotik...tahukah kau dimana itu? Ya, benar, di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan! nantikan petualangku berikutnya yaaa...

Read more...

Formasi pes-caprae (Berbilang Epik di Leuweung Sancang) - [SATU]

>> Thursday 24 December 2009

Ada rindu yang terlupakan, menjelang petang yang menyejukkan
Ada asa yang menggelorakan, mengguncang bumi yang ditapaki langkah-langkah brani

Kekuatan
Kecepatan
Keberanian
Ketajaman dan keimanan mendobrak pintu-pintu kebisuan
seakan relung-relung karang tak kuasa menahan gelombang yang kian pasang

Pasir-pasir pantai hanya sebuah saksi bisu tentang perjalanan ini
Hanyalah sebuah harapan tuk langkah-langkah ini

kami TAK TERKALAHKAN!

Pes-caprae, pes-caprae!
O, Pandanus tectorius takkan usang tertelan badai, begitukah nyiur yang melambai menitip pesan...
Akankah Hevea tiliaceus menumpahkan asa pada sisa-sisa karang yang tlah mati?

katakan TIDAK pada mereka!

lihatlah di sana bahtera-bahtera itu tak sanggup menghalau gangguan-gangguannya dari pasang yang kian ganas
Mengapa sorotan tajam Avicennia tak kau perhatikan..

Kau tak mampu?
atau kau belum mampu tuk membiaskan pijakan pada nuranimu?
Akankah Sancang bercerita padamu, hari ini mentari menyejukkan sinarnya
jawablah petualang muda!
mengapa kau masih menunggu Ketapang untuk menjulangkan pucuk-pucuknya
Mengapa kau masih terpaku dengan Halcyon capensis yang menyenandungkan irama samudera...
Kau mau apa sobat?
menunggu hujan turun dari langit hingga badanmu basah dan tak mampu lagi berjalan
bangkitlah petualang muda!
Pes-caprae hanyalah satu kesadaran yang harus dimiliki bersama, kita mau kemana...
Langkah ini bukan langkah impian yang dipenuhi bingkai indah
Inilah langkah-langkah nyata yang menghentakkan kekuatan arogan yang dipenuhi onak dan duri

Pes-caprae, formasi yang takkan lekang ditelan zaman


Leuweung Sancang, Garut selatan
Jumadil Akhir 1420 H

Note: ini ceritaku saat eksplorasi di pantai cagar alam Leuweung Sancang, Garut selatan.

Read more...

Catatan Akhir Sebuah Perjalanan (tulisan terakhir)

>> Wednesday 23 December 2009

Ada tawa berderai kini hanyalah cerita
Ada senyum dikulum kini hanyalah kenangan
Ada amarah yang terlupakan kini hanyalah bisu
Ada harapan terbiaskan kini menjadi impian

Sobat, mendekatlah
ada kisah yang 'kan ku ceritakan padamu
Mungkin hanyalah secuil pautanmu di pulau ini

Ah, kau hanya berpura-pura

Diamlah!
Aku punya sribu satu asa dan doa
Kau apa?! bisu. Ya, kau hanya diam

Sobat, mendekatlah
ada catatan tentang perjalanan ini yang terasa sangat melelahkan
dihempas ombak ke karang
menyusuri garis-garis pantai yang kian pasang
O, ya Rahman....
Mau apa aku ini..

Ahad di Pulau Pari
19-09-99

Read more...

Terdampar di Pulau Kahyangan dan Tragedi Snorkel (tulisan keempat)

Pukul 12.00.
Terdampar di Pulau Kahyangan (Namanya sich keren, jangan bayangin ada bidadari lagi ngejogrog di sana ya, karena ternyata pulau ini cuma sebuah daratan dengan sedikit pohon nyiur, seonggok benteng sisa-sisa peninggalan jaman Belanda dan sebuah warung kopi! Hah, luarbiasa sekali orang Indonesia, mampu tinggal di pulau yang tinggal secuil ini. Luar biasa!)

Kenapa terdampar? karena salah satu perahu yang membawa kami, kipas baling-balingnya lepas. Walah! gimana jadinya tuch kapal plus bawaannya?! nasib...nasib...
Okelah, judulnya adalah kita terpaksa makan di pulau yang penuh sampah dan nyaris tenggelam ini.

Pukul 14.15.
Tiba di Pulau Untung Jawa.
Panas, panas, dan panass.....

Pukul 16.00.
Tiba di Pulau Pari.
Ternyata, tak dinyana, Pulau Pari itu asik bener bro! Bersih, rindang, stasiun penelitian full AC, waaaaaa....asik dah! Byuuur...
Tapi disinilah tragedi itu terjadi kawan! Tragedi Snorkel.
Ceritanya, tanpa kusadari, ternyata...snorkel yang kupinjam dari Dodo'96 tertinggal di rumah!! Gubraaaaaakk!! brak! brak!
Kok bisa?
Ternyata malam kemarin sebelum berangkat ketika aku sedang packing perlengkapan ke dalam tas career, snorkel tersebut masih tergeletak di atas meja belajarku! tergeletak tak berdaya tak tersentuh sampai aku pulang dua hari kemudian. Ya ampun... kok bisa sich???
Akhirnya, dengan mengandalkan keberuntungan aku berharap ada snorkel nganggur. Dan nasib baik pun menyapa. Salah satu akhwat yang juga tak gape berenang meminjamkan snorkelnya padaku. Hihihi...akhirnya.., sedangkan dia cukup membantu aktivitas membuat transek dan mengumpulkan atau mencatat data yang diambil.

Hati-hati kawan, ku beritahu, membuat transek dari bibir pantai hingga batas tubir sangat sangat melelahkan! benar-benar capek boi! Orang dengan aktivitas seperti itu mudah terserang hipotermia. Mata ngantuk, menggigil, gigi gemeretak, kaki kram! dan satu lagi, laparr!! Hhh...

Laut Jawa
18-09-99

Read more...

Laut Jawa (tulisan ketiga)

Seroja yang tak terduga menghempas karang yang kian hancur,
Nyiur memetik duka dari sang mentari
Panas terik dilepas pantai Angke
Kan ku kayuh jauh melepas asa
Sribu menanti dan ombak menerpa

Aku tahu...

Menapak jejak di Laut Jawa
Kau bukan segalanya
Ada kekuatan yang kian pudar
Sungguh benar Yang Maha Kuasa, ya Rohman...

Laut Jawa...
Bentuk keperkasaan-Mu tertuntaskan di sini
Komala Jaya terombang-ambing ke kanan kiri menggoyang keseimbangan pikir dan badan ini
Aku tidaklah perkasa ya Allah
Aku hanya seorang abdi yang tunduk di bawah naungan-Mu
Aku tak berdaya ya Allah...
Yang ada hanyalah doa keselamatan untuk sampai tujuan
Aku bukan apa-apa
Di tengah bisikan tasbih laut, kami hanya diam

Sungguh
Kau Maha Perkasa
Kami bukan apa-apa
Kami hanya abdi terlemah dari semua abdi-Mu
Kami tunduk diharibaan-Mu

Laut Jawa
masih 17-09-99

Puisi ini kutulis saat di tengah guncangan ombak Laut Jawa menuju Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Sebenarnya ini hanyalah pengalihan sementara untuk menghilangkan rasa mual mau muntah akibat mabuk laut. Asal kau tahu kawan, cara seperti ini sudah teramat sering aku peragakan kalau muncul rasa mual atau mau muntah akibat perjalanan yaitu mengarahkan pandangan ke depan untuk melihat panorama, kalo bosan yaa mengobrol, atau kalo udah jenuuuuuuhhhh bangets yaaa tidur!
Puisi ini punya kelebihan kawan, tahukah kau?
1. Puisi ini adalah puisi pertama yang aku buat di tengah lautan, dan pertama pula aku nyeberang pulau! Makanya gak usah heran kalo sudah muncul degdegan saat naik perahu. Masalahnya perahu yang ku tumpangi adalah perahu nelayan yang biasa digunakan untuk mencari ikan, hanya beratapkan seng & kayu serutan dengan baling-baling yang teramat sederhana. Bisa kebayang kalo kena hanteman musim angin barat! Yah, tau sendiri lah! Nasib...nasib...
2. Puisi ini dibuat di atas buritan sambil terpanggang panas matahari, so akibatnya, yah...wajah terbakar sampe sepekan gak ilang-ilang, padahal wajahku dah blepotan sun block. Nasib...nasib...
3. Sssssssssstttttttt......,kau tau kawan, Puisi ini sangat bersejarah karena satu-satunya puisi yang dibuat oleh penumpang kapal Komala Jaya tau! Puhh...cepeek dech...
4. Puisi ini bukti kekokohanku di tengah lautan bro! Cool khan??
Oke bro! mantab khaaaaaaan?? weleh...weleh...weleh...

Read more...

Muara Angke (tulisan kedua)

>> Tuesday 22 December 2009

Muara Angke

Kerasnya lautan menumpahkan kekuatan
Mata yang sayu tak jadi bisu
Raut muka yang pekat mencirikan desah nafas kehidupan Angke...
Angke keras, Angke yang panas
Mana lantang reformasi yang bergema sorak berderai, terkikis habis dengan senyuman manusia Angke...
Manusia-manusia Angke
Kamu apa, pengendali sauh yang tertaut perahu
Terombang-ambing di lautan menantang karang menantang badai yang siap menghempaskan kekuatanmu
Manusia-manusia Angke
Mau kemana kamu...
Ada arogansi yang terhias kepalsuan melambai penuh kemunafikan dan arogansi zaman
Kamu mau apa wahai manusia Angke
Berbuatlah, cerahkan dirimu dengan kepal tanganmu
terangi dirimu dengan nuranimu
Berbuatlah wahai manusia Angke

Muara Angke
Masih tanggal 17-09-99

Kawan, puisi di atas aku bikin beberapa saat sebelum naik perahu menuju Pulau Pari. Panas menyengat, membakar tubuh tak menyurutkan tekadku kawan! Puisi harus selesai saat itu juga! Tapi begitulah sang amatiran bekerja, terlalu gegabah membuat sesuatu yang seharusnya memiliki nilai dinikmati. Maklum. Tapi, sekalipun tidak dengan niat menyederhanakan karya sastra, tulisanku ini adalah refleksi penting sebuah perjalanan yang aku benci. Lho? kenape bossss...? Ya iyalah, abisnya diriku blom gape berenang di lautan. Kan bisa kebayang gimana kalo diriku hanyut di lautan luas bro! atau terhempas karena badai musim angin barat! wekwekwek....hoho..
Begitulah kawan, kisahku yang cuma secuil ini.


22-12-09
LA sore hari setelah gerimis reda

Read more...

Sepenggal Catatan Perjalanan Pulau Pari (tulisan pertama)

>> Monday 21 December 2009

Salemba.
Menginap di masjid ARH baru pertama kali dalam sepanjang hidupku dan mungkin bagi kami yang ada di sini: Sabar, Deden, Pras, Yeye, Fauzan, Dhamar, Alex dan Dzul. Aku, bersama Deden dan Sabar berangkat dari stasiun Pondok Cina pukul 19.15 WIB. Mestinya bareng Dosul juga tapi batang hidungnya kagak keliatan, alias tidak datang.
Beberapa urusan yang sangat urgent terpaksa kutinggalkan, padahal ingin sekali aku menyelesaikannya saat itu juga. Tapi Allah berkehendak lain. Tiba di masjid ARH, kurang lebih pukul 20.30 WIB. Di sana tlah menunggu teman-teman lain beserta perlengkapan yang lumayan banyak. Wah, bener-bener buaaanyak banget. Satu persatu perlengkapan dimasukkan ke bagian belakang masjid ARH (udah ijin loh!). Trus, aku memenuhi hajat perutku yang sudah keroncongan bin seriosa plus dangdutan, hehehe...Alhamdulillah kenyang dah!
Setelah briefing, kami melelapkan diri ke pangkuan mimpi-mimpi indah tapi harus bergumul melawan nyamuk-nyamuk nakal yang hendak mencubit kami! Tahukah kau kawan, kami tidur seperti para back packer, lengkap dengan sleeping bed! atau mirip para penghuni poskamling yang tidurnya seperti Trenggiling hibernasi! Biarlah, yang penting bisa tiduuuuuuurr.. zzz..zzzz.zzz.... (kriik..kriik..kriik..kriiiik...)
Terlelap...
Salemba pagi hari.
Bangun subuh di Salemba. Siap-siap! Kami segera shalat subuh dan ancang-ancang mencari makan persis para penggiat kuli bangunan yang terbangun untuk kembali ke bedeng agar tak di pelototi mandor. Kusam.
Alhamdulillah kenyang juga usai makan di kaki lima Salemba, di antara jeruji pagar masjid. Pagi ini, ARH pasti akan ramai dengan lalu lalang orang dan kendaraan. Mahasiswa, dokter, pekerja, petugas kebersihan, pedagang kaki lima, angkot, bus, motor, dan tak lupa... bajaj! hilir mudik menghiasi jalan Salemba dan gedung sekitar fakultas kedokteran UI ini. Ah, UI emang kagak ada matinye! apalagi mahasiswa kedokteran UI yang sesaat lagi segera mempraktikkan kebolehan mereka mendiagnosa dan membedah pasien, atau hanya untuk melongok sederetan gigi pasien yang hendak dibor karena karang menahun akibat si pasien malas membersihkan giginya meskipun makan dengan tangan kiri dan tidak membaca basmalah.
Pagi ini, kami sebagai penerima 'tamu' teman-teman seangkatan yang sebentar lagi berdatangan dari berbagai penjuru Depok dan Jakarta. Akhirnya, teman-temanku lengkap sudah, dan tinggal menunggu bus!
Waduh, jam 7! bus belum datang. Panik. Kawan, keadaan seperti ini sering terjadi, aku mengalami sesuatu yang orang bilang, panik akut. Aku sendiri tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tapi nanti setelah usiaku lebih dewasa, aku tahu jawabannya. Pengen tahu? tunggu saja kawan.
Bus sudah terisi penuh dengan barang bawaan, tas career, ransel, tas one day pack, snorkel, tambang dan sebagainya. Puhh! sesak. Setengah jam kemudian kami berangkat melaju menuju Muara Angke, meretas jalan Salemba yang hiruk pikuk, berdebu dan sesak karena beban di atasnya yang tak kunjung berkurang sekalipun mudik lebaran terjadi tiap tahun. Gedung-gedung perkantoran, rumah sakit, kampus hingga jembatan terisi orang-orang yang lalu lalang. Selamat tinggal Salemba, selamat bertemu kembali ARH!

(Inilah puisi Salemba)
Ada apa Salemba...
Kau begitu muram
Salemba dingin, sebuah evolusi perjuangan dari Salemba yang memanas dan berapi-api
Salemba, rawe rawe rantas malang malang putung
Merdeka Salemba!

Jum'at 17-09-99
Salemba

Read more...

Sepenggal Catatan Perjalanan

Bismillah...
Catatan perjalanan ini hanyalah coret-coret kecil yang nyaris terbuang saat diriku masih duduk di bangku kuliah semester tiga Universitas Indonesia. Nyaris tak berguna andai saja aku tak dianugerahi oleh Sang Pemilik Waktu, Allah swt, untuk menyimpan serpihan-serpihan dokumen yang aku miliki sejak diriku kanak-kanak yang masih ingusan. Tahukah kawan, diriku sangat gemar mengumpulkan sesuatu yang bagiku berharga betapapun kata orang itu sudah tak layak lagi. Aneh bin ajiiiiiiiib, hal demikian berlangsung hingga diriku dewasa. Dan saat ini, aku ingin menyampaikan kumpulan-kumpulan tulisan yang sangat sangat sederhana, bahkan terlalu sederhana untuk dikatakan sebagai tulisan.
Ceritanya, diriku sering menulis puisi sederhana sejak di bangku sekolah dasar hingga kini, tapi sampai sekarang kagak pernah dipublikasikan. Emang niatnya kagak pernah ke arah sana. Okelah, daripada nulis ngalor ngidul gak jelas juntrungannya, mending nikmatin aja dah tulisan-tulisan diriku, okeh bang jajaaaaaaaaa...tarik maaaaaaaaaang..

22 Desember 2009
LA di pagi hari yang gerimis

Read more...

Bangkit dari Keterlenaan!

Malam ini, 21 Desember 2009, memulai lagi sesuatu yang sudah ditinggalkan, sumpah dech bener-bener beraaaaaaattt........!!!
Kayak sekarang nich, nongol di Blog pribadi yang hampir terlupakan sekian milyar detik sekian juta menit beribu-ribu jam sekian ratus hari dan berpuluh-puluh minggu (lebai kaleee.....!), pertama-tama bingung mo' nulis apaan?!
Dan sekarang diriku mesti nulis lagi. Nulis dan nulis lagi!
Okeh, pokoke nantikan tulisan-tulisanku yang akan mengguncang duniaaaaaaa...!

(L.A. menjelang malam sesudah shalat isya)

Read more...

Kebeningan Air Mata Cinta

>> Wednesday 22 July 2009

Biarkan air mata itu mengalir. Jangan ditahan. Ia adalah sebentuk kekuatan cinta. Berderailah air mata. Jatuhlah ia ke pipi. Membasahi pelupuk mata. Biarkan hatimu mengharu biru karenanya. Iringi ia dengan selaksa doa ke langit tinggi. Biarkan Tuhan membelaimu dengan kasih sayang-Nya yang tak terhingga. Biarkan air mata itu tumpah. Tumpah ke bumi bersama derai air mata bidadari. Jangan ditahan air mata cinta. Ia adalah gerimis di sore hari. Bersamanya ada pelangi yang kan mewarnai langit biru. Membumbung tinggi bersama selangit asa. Indah.

Saya sering melihat orang menangis, dengan beragam latar belakang yang membuat mereka menangis. Tapi, pernahkah Anda melihat orang yang menangis karena cinta? Di sini saya tidak sedang menjadi pujangga cinta yang merangkai kata-kata. Ada orang yang menangis tapi sesungguhnya ia berbahagia. Unik memang. Jangan samakan dengan orang yang menangis karena terharu. Bagi semua orang yang menangis, termasuk Anda (juga saya), air mata adalah pendukung suasana hati. Mampu meredam emosi yang bergejolak. Ia adalah sederet makna yang terpendam jauh di dalam diri.

Jika anak kecil menangis, maka ia merupakan bentuk kekuatan. Dorongan yang sangat kuat terhadap lingkungan yang menekannya. Biarkan anak-anak menangis, karena mumpung mereka masih kecil, tangisan mereka belum berarti apa-apa. Tulus.

Apa yang sering dikeluhkan banyak orang, kawan?

Tuhan. Tuhan adalah musuh abadinya. Ia benci terhadap Tuhan yang tidak berpihak padanya. Ia marah terhadap Tuhan. Ia mengumpat Tuhan. Segala sesuatu yang tidak 'baik' untuk dirinya selalu dikeluhkan. Padahal semua itu tidak akan menambah selain kerusakan dirinya sendiri. Tuhan tetap Maha Perkasa dan Maha Kaya. Kekayaan-Nya tidak pernah berkurang sedikitpun.

Kalau tangisan itu tulus, maka kau akan merasakan betapa kasih sayang Tuhan tidak terbatas. Meluluh lantakkan kesombongan yang bercokol dalam dirinya. Apatah lagi tangisan itu dilandasi cinta yang tulus terhadap Tuhan. Ia menetes. Dan tetesannya itu mampu memadamkan gejolak dosa yang berkobar mengepung dirinya. Bulir-bulir air matanya akan mampu menaklukkan jiwa-jiwa kasar lagi bebal.

Kalau kau menangis karena itu, maka yakinlah kau beruntung!
Karena Tuhan senang terhadap hamba-Nya yang begitu tulus ikhlas kepada diri-Nya.

Read more...

Fokus Harapan Kita

>> Saturday 11 July 2009

Lihatlah anak panah yang tengah melesat cepat dari busurnya. Sepersekian detik ia telah berada jauh dari tempatnya semula. Entah tepat mengenai sasaran atau justru melenceng jauh dari perkiraan. Apa yang dikehendaki dari manusia senantiasa meluncur deras bak anak panah yang terlepas dari busurnya, atau air bah yang tumpah dari bendungan. Tak pernah tertahankan. Bagi saya (dan mungkin juga bagi Anda), kehendak dan begitu pula keinginan serta cita-cita, mesti diarahkan sedemikian rupa sehingga ia tepat memenuhi harapan kita. Ia mesti tepat mengisi kebutuhan kita. Karena sesungguhnya harapan-harapan itu juga adalah kebutuhan kita. Apa yang tidak boleh berhenti dari kita adalah senantiasa berharap. Harapan itu mesti dijaga dan dipelihara. Karena sesungguhnya kerja-kerja yang kita lakukan adalah juga upaya pemenuhan dari harapan kita. Ia juga merupakan buah dari hasil pemikiran kita dalam jangka waktu yang cukup lama. Ia juga merupakan sebentuk kasih sayang Tuhan terhadap keinginan-keinginan kita. Ia sebentuk kepercayaan positif terhadap ke-Maha Agung-an Tuhan.
"Dan berdoalah kepada-Ku niscaya Ku kabulkan".
Berilah diri kita (dan Anda juga) apresiasi setinggi mungkin terhadap harapan-harapan kita. Betapa kita telah melampaui sekat-sekat yang menghimpit keberadaan kita, menyingkirkan ketakberdayaan kita. Menembus kemustahilan menjadi kenyataan dalam alam pikiran kita.
Lihatlah orang-orang besar di sekeliling kita. Pernahkah mereka berpikir bahwa kerja-kerja yang mereka lakukan begitu berpengaruh terhadap keberhasilan orang banyak. Tahulah Anda, harapan-harapan mereka jauh melampaui harapan-harapan orang-orang yang berada disekelilingnya. Mereka punya keterbatasan? Ya. Mereka punya banyak harta? Tidak. Kalau begitu mereka kebanyakan orang miskin? Tidak juga. Mereka, orang-orang besar itu juga sama seperti kita. Mereka punya keterbatasan. Dan, satu-satunya keterbatasan yang mereka miliki yaitu mereka adalah manusia. Itu saja. Mereka bukan Tuhan. Mereka bukan malaikat atau jin. Mereka tidak mampu mengubah apa yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Tapi melalui "tangan" mereka-lah, Tuhan bersedia mengubah keadaan orang, masyarakat, bangsa, negara bahkan dunia. Kerja-kerja yang mereka lakukan menginspirasi orang lain, bangsa, negara bahkan dunia. Tak ayal lagi, dunia berubah dengan kerja-kerja mereka. Kehadiran mereka saja sudah menjadi inspirasi. Bersemangat!! orang bilang. Pernahkah Anda menyadari itu? Wallahu a'lam.

Lenteng Agung

Read more...

Persahabatan

>> Monday 6 July 2009

Sahabat itu ibarat dua sisi keping mata uang logam. Saling melengkapi. Ia menuturkan apa-apa yang kita lakukan. Bahagianya adalah bahagiaku juga, deritanya adalah deritaku juga. Seperti pada hari ini, Senin, 13 Rajab 1430H atau 6 Juli 2009 pukul 11.45 WIB, sahabatku Wasis mengalami kecelakaan di Subang, Jawa Barat. Akibatnya ia mengalami patah tulang dan luka di wajah. Saat ini ia dirawat di Ruang IGD RS CIERENG Subang.

Aku ingat betul, Kamis lalu, 3 Juli 2009 ia berkunjung ke rumahku. Sudah lama kami tak bertemu. Aku sudah berkunjung ke Subang 3 kali, sekaligus menyambanginya yang bekerja sebagai guru di SMPIT Syifa Subang. Jum'at itu, ia sudah tiba di rumahku (baca: orangtuaku) pukul 20.00, padahal aku sendiri masih diperjalanan dari kantor. Akhirnya, selang sepuluh menit aku tiba di rumah. Aku lihat dari jauh sebuah sepeda motor besar terparkir di depan rumahku. Sebuah...., megapro. Wow! (eit, maaf, subhanallah). Ia sedang mengobrol dengan ummi (baca: ibuku).

Setelah melepas rindu, kami makan bersama, meski aku sendiri sudah makan di kantor selepas buka puasa sunnah. Selesai makan, ia mengajakku jalan-jalan dengan motor barunya. Sebenarnya aku sedikit kesal kalau malam-malam begitu diajak jalan-jalan. Bukan apa-apa, ngantuk boy! Lucunya, ia sendiri masih kagok mengendarai motornya itu, "Sorry ya, ane masih rada kagok neh!" katanya. Hah! Yah, sudahlah. Akhirnya kami berdua ke jalan baru Depok Timur. Dia rada kaget rupanya melihat kondisi yang cepat berubah di Depok. Terlalu! padahal dia sendiri sudah lama tinggal di Depok. Benar juga, rupanya ia benar-benar masih kagok dengan motor barunya itu! Hehe...mantab bro!

Sampai di ujung jalan baru, ia celingak-celinguk melihat jalanan, "kira-kira mau makan apa ya?". Dasar, emng tadi kurang kenyang ya?! Matanya lantas tertuju pada warung tenda (terpal kali..!) yang menjual empek-empek palembang. So, akhirnya kami makan disitu dech. "Mau kapal selam ga bro..!" pintanya. "Terserah dah!". Aku sendiri masih sungkan makan lagi, ga ada selera, tapi karena dia yang ngajak ya it's oke lah!

Selang empat puluh menit aku dan Wasis ngobrol sambil menikmati empek-empek, yang rasanya menurutku biasa-biasa aja. Kami ngobrol tentang teman-teman SMA yang sudah menikah. Ada yang sudah punya anak, ada juga yang belum. Ada yang tinggal di Depok, ada juga yang 'hijrah' ke luar Depok. Sementara ia masih menantangku bicara, datang dua pengamen anak-anak yang minta empek-empek yang kami makan. Empek-empek yang kami makan sayangnya tinggal mienya aja. Secara berbarengan kami berdua langsung menyodorkan empek-empek tersebut kepada mereka. Hehe..tinggal dikit bro!

Akhirnya, kami balik ke rumahku. Di rumahku, Wasis ngobrol sebentar, mengenai rencana walimahanku. Ah, Wasis, orang yang pernah membantu skripsiku. Waktu itu aku numpang ngetik dan numpang nginap di rumahnya. Maklum di rumahku ga punya komputer. Dia ga pernah mengeluh.

Sekarang, dia terbaring tak berdaya di Subang. Kecelakaan. Sebenarnya, sewaktu di rumahku dia sendiri ga yakin membawa motornya ke Subang. Tapi, yah! We must go on!
Begitulah takdir berjalan atas manusia. Ku doakan untukmu sahabatku:
"Ya Allah, lindungilah ia beserta keluarganya dari musibah dan malapetaka. Sembuhkan luka-lukanya. Mudahkanlah urusannya. Ampunilah kami semua ya Arhamarrohimiiin"
Salam cinta tuk sahabatku Wasis.

Read more...

Kesempurnaan Akal

>> Sunday 22 February 2009

Imam Ibnul Jauzy dalam kitab Shaidul Khathir menjelaskan tentang kesempurnaan akal manusia,

"Diantara ciri-ciri sempurnanya akal ialah semangat yang tinggi, sedangkan yang rela dengan yang rendahan adalah mereka yang berjiwa rendah"

Tak kulihat cela manusia yang lebih besar
daripada mereka yang tak mampu menjadi sempurna ...

Read more...

Inspirasi

>> Tuesday 13 January 2009


Sobat, tau Helen Keller gak?
tak apa. Sekedar membagi inspirasi ke semua orang yang ingin tetap tegar dalam hidup dan kehidupan ini. Helen Keller bukan seorang pejabat terkenal, bukan pula selebriti, dia adalah seorang wanita yang sama seperti yang lain. Tapi ada sesuatu yang luarbiasa yang dimiliki oleh wanita ini.

Sobat, apa jadinya kalo matamu buta? Ah, gelapnya dunia yang indah ini. Tak bisa melihat pesonanya langit dan laut serta hamparannya.
Sobat, apa jadinya kalo telingamu tuli? Ah, takkan kau dengar gemericiknya air dan kicauan burung yang merdu.
Sobat, apa jadinya kalo mulutmu bisu? Ah, tentu kau tak bisa bercakap-cakap bukan?

Ketiga hal itulah yang dirasakan oleh wanita ini. Buta, tuli dan bisu. Pada usia 19 bulan ia menderita penyakit yang misterius sehingga ia kehilangan 3 panca inderanya tersebut.

Tapi wanita ini begitu tegar bagai karang. Ia begitu sabar dan telaten dalam menghadapi kehidupannya. Tak mengeluh. Tak rewel. Sampai akhirnya ia mampu meraih gelar doktoral dan berhadapan dengan tokoh-tokoh terkemuka dunia. Ia pun menguasai bahasa Perancis, Jerman, Yunani dan Latin lewat braille. Dan dunia pun menggelarinya sebagai Keajaiban Dunia Kedelapan.

Read more...

Kekuatan Mimpi ...

>> Saturday 3 January 2009

You have powers you never dreamed of
You can do things you never thought you could do
There are no limitations in what you can do except the limitations of your own mind

"Anda memiliki kuasa yang tidak pernah Anda bayangkan sebelumnya
Anda dapat melakukan hal-hal yang tidak pernah terpikirkan bahwa Anda mampu
Tidak ada batas pada apa yang dapat Anda lakukan kecuali batasan dari pemikiran Anda sendiri"

Read more...

ONLINE

Powered By Blogger

About This Blog

Lorem Ipsum

Our Blogger Templates

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP