New Catatan Hati Seorang Istri (2)

>> Monday 16 May 2011



Untuk kali kedua saya mengomentari buku ini. Seolah-olah tak ada lagi buku atau novel yang menarik untuk dibahas kecuali buku ini. Sebagaimana halnya novel Laskar Pelangi, buku ini membikin saya larut dalam empati yang sangat dalam. Kalimat demi kalimat mengalir penuh makna. Seolah ada tangan tak terlihat (unvisible hand) yang coba menggerakkan para wanita ini untuk menuturkan apa yang mereka alami dalam selembar catatan. Saya coba menelusuri apa yang menjadi kekuatan buku ini. Yang jelas buku ini ditulis, dituturkan, dan disampaikan oleh para wanita. Setelah menuntaskan bacaan hingga seharian penuh, saya hanya bisa menghela nafas panjang. Dalam hati berdoa, semoga saya mampu menjadi pendamping yang setia, yang mengerti, yang memahami, yang mengasihi dan menyayangi istri. Serta tidak menyakiti, tidak melukai, dan tidak menyinggung perasaannya. Semoga saya mampu menjadi suami yang penuh tanggung jawab, mampu menjadi ayah teladan, mampu menjadi sosok yang membanggakan diri, keluarga, bangsa dan umat Islam sedunia. Aamiin ...

Menurut Mbak Asma, "mencurahkan isi hati ibarat melepaskan bongkahan kecil sebuah bangunan besar bernama kebekuan, kegagalan dan ketidakberdayaan."
 Oleh karena itu penuturan para wanita ini tidak sedang ditujukan kepada wanita. Justru ini adalah sebuah pesan kepada lelaki, dimana pun ia. Mereka tidak sedang protes kepada para lelaki. Mereka tidak marah. Mereka hanya ingin di dengar. Diperhatikan. Dirasakan perasaannya sebagai manusia. Toh, sekuat-kuatnya wanita, mereka manusia juga. Butuh pendamping yang mampu memberi mereka rasa nyaman, aman, dan keteladanan. Sungguh, saya tak habis pikir, betapa tegarnya seorang wanita tatkala mengalami perlakuan buruk suaminya. Sampai-sampai seorang istri menahan lisannya dari meminta cerai karena terpikir olehnya masa depan anak-anaknya. Luar biasa dahsyat. Saya berpikir, terbuat dari apakah hati para wanita ini? Siapakah lelaki yang begitu tega menyia-nyiakan wanita mulia seperti mereka?


Saya seolah sedang membaca pikiran para wanita, secara umum. Mencermati satu persatu apa yang mereka kemukakan. Seolah-olah mereka hadir di hadapan, dan langsung berbicara denganku. Sangat lugas. Dan, jujur. Saya bersyukur bisa mendapatkan buku ini dan membacanya hingga tuntas. Meskipun buku-buku yang memiliki kemiripan dengan buku inipun saya juga punya. Penulisnya juga sama, Mbak Asma. Tapi, melalui buku ini saya lebih dalam mengenal sosok seorang wanita. Jiwanya. Hatinya. Perasaannya. Keinginannya. Maka perhatikanlah apa yang disampaikan wanita dalam hidupmu. Entah ia ibumu, istrimu atau anakmu.

Beginilah mungkin cara Tuhan mendidik hamba-hamba-Nya. Ketika seorang suami mulai menyimpang, ada istri yang mengingatkan. Saat suami mulai mengabaikan istri, sesungguhnya ia telah mulai menggoreskan luka di hati. Bahkan tatkala seorang wanita ingin mendapatkan cinta pertamanya, ia rela mengorbankan apa saja. Meskipun dikemudian hari ia dikhianati. Tak urung sang wanita mengalah demi sang buah hati. Bukan untuk suami, yang tega mengkhianati dan mengebiri. Saya pun baru tahu, bahwa tatkala sang wanita ingin menentukan pilihan kepada siapa cintanya diberikan, sesungguhnya ia melewati masa yang amat pelik, tidak sepelik lelaki. Karena ia akan sepenuhnya dalam tanggungan suami. Saat usia mulai menanjak, sementara calon yang dinanti tak kunjung datang. Atau ketika yang datang 'tidak' memberi secercah harapan. Masih ada gumpalan kekhawatiran. Jangan-jangan masa depannya tidak membahagiakan. Sebuah dilema.

Saya jadi teringat pesan Nabi SAW mengenai wanita. Agar suami mendidik mereka sebaik mungkin. Karena wanita memiliki kekurangan dalam agama mereka, yakni ketika mereka haid maka tidak diperbolehkan shalat, puasa dan berhaji bahkan membaca Al-Qur'an. Oleh karena itu mendidik mereka akan memberi manfaat yang luar biasa bagi keluarga. Menjadikan mereka wanita shalihah. Karena sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.

Termasuk juga saat pembahasan poligami. Tunggu. Saya sedang tidak berdebat boleh tidaknya berpoligami. Semua pembahasan poligami sudah tertera dalam Al-Qur'an dan hadits, serta kitab-kitab tersohor. Saya hanya ingin merasa bahwa pada saat yang sama, wanita berhak bahagia. Ini bukan masalah emansipasi. Sama sekali bukan. Hanya ingin coba berempati pada asa dan perasaan wanita. Apa yang akan mereka lakukan kalau ternyata bagi mereka tak ada hak untuk melarang suami berpoligami? Diam? Menerima sajakah? Sungguh, wahai para lelaki, cobalah dekati wanita dengan menambah sedikit sudut pandang dari mereka. Saya tidak hendak mengajari. Saya hanya ingin berbagi. Berbagi sesuatu yang saya dapatkan dari penyampaian para wanita ini. Sungguh, kalau mereka jujur, maka saya berharap dan berdo'a, semoga Allah swt menempatkan mereka dalam surga yang tertinggi. Surga firdaus yang kekal abadi. Aamiin ...

*untukmu jua

Read more...

New Catatan Hati Seorang Istri (sedikit ulasan)

>> Wednesday 11 May 2011

Membaca buku pembangun jiwa seperti Catatan Hati Seorang Istri menjadikan kita segera tersadar akan sebuah sisi kehidupan yang begitu dekat dengan diri kita. Dialah seorang istri. Yang dari merekalah, lahir anak-anak kita. Menimangnya. Mengasuhnya. Mendidiknya. Hingga anak-anak tumbuh besar, meremaja hingga dewasa. Dan, ada sebuah sisi kehidupan yang beririsan dengan seorang istri. Dialah seorang suami. Bersamanya mengayuh biduk bahtera dalam gelombang kehidupan. Lalu mengalami pasang surut kehendak dan jiwa dalam hidup dan kehidupannya. Berlayar dalam badai, melawan gelombang besar yang akan menghempaskan bahtera rumah tangga. Akankah bahtera yang telah berlayar harus karam karena para penumpangnya hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri. Ataukah bahtera akan tetap melanjutkan perjalanan meskipun banyak bagian dari bahtera yang robek dan perlu diperbaiki.

Seorang istri atau wanita juga seorang manusia. Ia diciptakan Allah swt dari sulbi Adam as. Sekilas nampak rapuh, namun yakinlah dibalik keanggunannya, ia menyimpan kekuatan. Tegar bagai karang. Kokoh bagai baja. Berkilau bagai intan berlian. Bulir-bulir air matanya meneteskan banyak harapan akan suatu masa yang indah kelak di hadapan Tuhannya.

Kalau Anda kini seorang istri, duhai, betapa mulianya. Dipundakmu terpikul amanah yang sangat besar. Kalau Anda kini seorang suami, duhai, betapa mulianya. Dipundakmu terpikul amanah yang sangat besar. Istri dan suami saling beriringan dalam membangun bangunan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Betapa mulia. Betapa indah.

Read more...

Hanya Untukmu

>> Wednesday 4 May 2011

Aku pernah merasa tak berguna dalam hidupku. Sepanjang hari hanya mengutuki diri. Aku tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Yang aku tahu hanyalah bahwa aku harus melakukan sesuatu yang berguna demi mengusir rasa takut, rasa inferior, rasa terintimidasi oleh sesuatu ataupun orang lain.

Kini aku baru menyadari bahwa semua itu hanyalah ilusi. Semakin kita takut, maka semakin kita diburu oleh takut itu. Semakin kita merasa inferior maka semakin kita akan diburu oleh rasa itu. Dan semakin kita merasa terintimidasi oleh sesuatu atau oleh orang lain maka semakin merana lah kita. Maka dengarkan ini baik-baik sobat, dengarkan dengan seksama,
“Sadarilah bahwa betapa diri kita ini lemah, maka jangan diperlemah oleh sesuatu yang akan menambah kelemahan kita. Sadarilah bahwa kita juga menyimpan rasa takut, tetapi bukan kepada sesuatu yang tidak punya kuasa atas diri kita. Sadarilah bahwa betapa diri kita juga ada rasa inferior tetapi rasa inferior ini tidak perlu memperbudak kita hingga kita menjadi merasa tidak berguna atau merasa perlu ‘bunuh diri’. Bangkitlah sobat. Beranilah. Yakinkan diri kita dengan kuasa Tuhan Yang Mahakuasa, Yang Maha Penyayang.

Dunia bukan tempat yang nyaman buat orang-orang yang berpribadi anggun seperti kita. Tinggalkanlah menyalahkan diri sendiri. Jauhilah menakut-nakuti diri sendiri. Buanglah rasa inferior dalam diri kita. Bukankah Tuhan menciptakan semua di alam semesta ini berpasang-pasangan? Maka perhatikanlah, apa saja. Ada lemah, maka ada kuat. Ada takut, maka ada berani. Ada inferior, maka ada superior. Manusia adalah tempat segala macam kelemahan. Maka tak perlu ditambahkan kelemahan-kelemahan dalam diri kita. Kini tataplah masa depan yang gemilang. Lakukanlah hari ini sebaik-baiknya. Apa yang dipersembahkan pada hari ini jauh lebih penting dibandingkan takut akan masa depan yang tak pasti. Kita tak tahu apakah besok Tuhan masih berkenan memanjangkan usia kita di dunia. Kalau YA, maka jadikanlah anugerah tersebut sebagai kesempatan meningkatkan kualitas diri kita. Sebagai sebuah anugerah yang membuat kita semakin menyadari bahwa tak ada yang abadi di dunia. Semua hanya sementara. Begitu pula dengan rasa takut, rasa inferior, maupun rasa terintimidasi. Begitu pula sebaliknya.
Lalu apa yang perlu kita khawatirkan sobat?
Lalu apa yang perlu kita takuti sobat?
Lalu apa yang perlu kita risaukan sobat?
Kini berpalinglah dari orang-orang yang memperlemah hidup kita.
Berpalinglah dari orang-orang ataupun pergaulan yang justru menambah keterpurukan diri kita. Berpalinglah dari orang-orang atau pergaulan yang bisanya hanya menambah rejam kata-kata.
Sungguh, Tuhan teramat baik untuk memberi kita pilihan:
Hidup dengan orang-orang dan pergaulan yang buruk atau hidup dengan orang-orang baik dan pergaulan yang membaikkan.
Pilihan ada di ‘tangan’ kita.
Bertindaklah. Sekarang.
Ya, sekarang!”

(sentuhan di siang hari yang membara, tapi tak sepanas bara yang ada di jiwaku. Jiwaku merdeka)

Read more...

Berkendara di Margonda

>> Sunday 1 May 2011

jalan Margonda Raya, Depok
Masyaallah! nyaris saja.
Yang namanya berkendara motor di Margonda Raya, Depok kudu hati-hati dan mawas diri. Tadi pagi nyaris saja saia menabrak pembatas jalan yang bentuknya kerucut itu. Warnanya merah nyala. Ceritanya begini, saia sedang memacu motor cuma 60 km per jam, sedang-sedang aja kan? Pas di depan apartemen Margonda, saia ingin mendahului angkot merah T19 jurusan taman mini, di sebelah kanan saia juga melintas sedan. Nah, saia ga tau kalau di depan angkot merah tua itu ada kerucut lagi nge-jogrok. Saia ga nge-liat. Beneran dah. Angkot itu mau menepi dan saia mau lurus, sementara si sedan juga memacu kecepatan. Nah, saia kaget, dan ga tau, tiba-tiba di depan saia si kerucut udah ngalangin jalan saia. Saia coba menghindar, tapi sayang terlambat. Jadi, saia menyerempet benda kerucut ini hingga terjatuh rebah ke sebelah kiri. Hadoh! nasib dah. Di belakang saia motor yang lain pada nge-bunyiin klakson. Kayaknya panik juga. Saia coba tenang. Kaga panik. Lalu saia coba mendahului angkot merah tua di depan saia itu. Menyebalkan. Tapi saia ga boleh emosi. Namanya juga lagi padat, jadi apapun bisa terjadi di jalan raya seperti Margonda.
ini yang namanya kerucut pembatas jalan


Lagi-lagi kepadatan kendaraan di Tanjung Barat juga menyebabkan saia hampir memepet motor lain. Penyebabnya apa lagi kalau bukan persimpangan kereta. Dan, lagi-lagi harus dibutuhkan kesabaran tingkat tinggi buat yang satu ini. Pas saia mau memacu motor nampaknya dia juga sama. Untungnya saia tidak dalam posisi kencang. Sepertinya dia gusar juga dengan posisi saia tersebut. Tapi we must go on. Cuek aja lah. Dan akhirnya saia pun bisa memacu motor dengan aman dan sedikit nyaman ke kantor. Alhamdulillah.

Read more...

ONLINE

Powered By Blogger

About This Blog

Lorem Ipsum

Our Blogger Templates

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP