Catatan Akhir Sebuah Perjalanan (tulisan terakhir)

>> Wednesday 23 December 2009

Ada tawa berderai kini hanyalah cerita
Ada senyum dikulum kini hanyalah kenangan
Ada amarah yang terlupakan kini hanyalah bisu
Ada harapan terbiaskan kini menjadi impian

Sobat, mendekatlah
ada kisah yang 'kan ku ceritakan padamu
Mungkin hanyalah secuil pautanmu di pulau ini

Ah, kau hanya berpura-pura

Diamlah!
Aku punya sribu satu asa dan doa
Kau apa?! bisu. Ya, kau hanya diam

Sobat, mendekatlah
ada catatan tentang perjalanan ini yang terasa sangat melelahkan
dihempas ombak ke karang
menyusuri garis-garis pantai yang kian pasang
O, ya Rahman....
Mau apa aku ini..

Ahad di Pulau Pari
19-09-99

Read more...

Terdampar di Pulau Kahyangan dan Tragedi Snorkel (tulisan keempat)

Pukul 12.00.
Terdampar di Pulau Kahyangan (Namanya sich keren, jangan bayangin ada bidadari lagi ngejogrog di sana ya, karena ternyata pulau ini cuma sebuah daratan dengan sedikit pohon nyiur, seonggok benteng sisa-sisa peninggalan jaman Belanda dan sebuah warung kopi! Hah, luarbiasa sekali orang Indonesia, mampu tinggal di pulau yang tinggal secuil ini. Luar biasa!)

Kenapa terdampar? karena salah satu perahu yang membawa kami, kipas baling-balingnya lepas. Walah! gimana jadinya tuch kapal plus bawaannya?! nasib...nasib...
Okelah, judulnya adalah kita terpaksa makan di pulau yang penuh sampah dan nyaris tenggelam ini.

Pukul 14.15.
Tiba di Pulau Untung Jawa.
Panas, panas, dan panass.....

Pukul 16.00.
Tiba di Pulau Pari.
Ternyata, tak dinyana, Pulau Pari itu asik bener bro! Bersih, rindang, stasiun penelitian full AC, waaaaaa....asik dah! Byuuur...
Tapi disinilah tragedi itu terjadi kawan! Tragedi Snorkel.
Ceritanya, tanpa kusadari, ternyata...snorkel yang kupinjam dari Dodo'96 tertinggal di rumah!! Gubraaaaaakk!! brak! brak!
Kok bisa?
Ternyata malam kemarin sebelum berangkat ketika aku sedang packing perlengkapan ke dalam tas career, snorkel tersebut masih tergeletak di atas meja belajarku! tergeletak tak berdaya tak tersentuh sampai aku pulang dua hari kemudian. Ya ampun... kok bisa sich???
Akhirnya, dengan mengandalkan keberuntungan aku berharap ada snorkel nganggur. Dan nasib baik pun menyapa. Salah satu akhwat yang juga tak gape berenang meminjamkan snorkelnya padaku. Hihihi...akhirnya.., sedangkan dia cukup membantu aktivitas membuat transek dan mengumpulkan atau mencatat data yang diambil.

Hati-hati kawan, ku beritahu, membuat transek dari bibir pantai hingga batas tubir sangat sangat melelahkan! benar-benar capek boi! Orang dengan aktivitas seperti itu mudah terserang hipotermia. Mata ngantuk, menggigil, gigi gemeretak, kaki kram! dan satu lagi, laparr!! Hhh...

Laut Jawa
18-09-99

Read more...

Laut Jawa (tulisan ketiga)

Seroja yang tak terduga menghempas karang yang kian hancur,
Nyiur memetik duka dari sang mentari
Panas terik dilepas pantai Angke
Kan ku kayuh jauh melepas asa
Sribu menanti dan ombak menerpa

Aku tahu...

Menapak jejak di Laut Jawa
Kau bukan segalanya
Ada kekuatan yang kian pudar
Sungguh benar Yang Maha Kuasa, ya Rohman...

Laut Jawa...
Bentuk keperkasaan-Mu tertuntaskan di sini
Komala Jaya terombang-ambing ke kanan kiri menggoyang keseimbangan pikir dan badan ini
Aku tidaklah perkasa ya Allah
Aku hanya seorang abdi yang tunduk di bawah naungan-Mu
Aku tak berdaya ya Allah...
Yang ada hanyalah doa keselamatan untuk sampai tujuan
Aku bukan apa-apa
Di tengah bisikan tasbih laut, kami hanya diam

Sungguh
Kau Maha Perkasa
Kami bukan apa-apa
Kami hanya abdi terlemah dari semua abdi-Mu
Kami tunduk diharibaan-Mu

Laut Jawa
masih 17-09-99

Puisi ini kutulis saat di tengah guncangan ombak Laut Jawa menuju Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Sebenarnya ini hanyalah pengalihan sementara untuk menghilangkan rasa mual mau muntah akibat mabuk laut. Asal kau tahu kawan, cara seperti ini sudah teramat sering aku peragakan kalau muncul rasa mual atau mau muntah akibat perjalanan yaitu mengarahkan pandangan ke depan untuk melihat panorama, kalo bosan yaa mengobrol, atau kalo udah jenuuuuuuhhhh bangets yaaa tidur!
Puisi ini punya kelebihan kawan, tahukah kau?
1. Puisi ini adalah puisi pertama yang aku buat di tengah lautan, dan pertama pula aku nyeberang pulau! Makanya gak usah heran kalo sudah muncul degdegan saat naik perahu. Masalahnya perahu yang ku tumpangi adalah perahu nelayan yang biasa digunakan untuk mencari ikan, hanya beratapkan seng & kayu serutan dengan baling-baling yang teramat sederhana. Bisa kebayang kalo kena hanteman musim angin barat! Yah, tau sendiri lah! Nasib...nasib...
2. Puisi ini dibuat di atas buritan sambil terpanggang panas matahari, so akibatnya, yah...wajah terbakar sampe sepekan gak ilang-ilang, padahal wajahku dah blepotan sun block. Nasib...nasib...
3. Sssssssssstttttttt......,kau tau kawan, Puisi ini sangat bersejarah karena satu-satunya puisi yang dibuat oleh penumpang kapal Komala Jaya tau! Puhh...cepeek dech...
4. Puisi ini bukti kekokohanku di tengah lautan bro! Cool khan??
Oke bro! mantab khaaaaaaan?? weleh...weleh...weleh...

Read more...

ONLINE

Powered By Blogger

About This Blog

Lorem Ipsum

Our Blogger Templates

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP