Elegi Ocay

>> Sunday 27 January 2008

Posting1: 22jan’08, selasa

Elegi Ocay

Ocay. Sebut saja namanya begitu. Laki-laki kurus tipis (not kerempeng!) dan pendek ’sekitar 140 cm’, kulit sawo matang, rambut lurus, jidad lebar, mata sebelah kanan agak rabun -- karena kecelakaan sewaktu kecil -- dengan ‘bulu mata yang lentik’, hidung ‘pesek’ dan telinga cukup lebar. Sepintas wajahnya cukup tampan bila rambutnya dicukur agak tipis. Tinggal di tepi kali anak Ciliwung, di sebuah pinggiran Kota Jakarta.

Lain lagi Nico. Laki-laki gemuk dan gempal, lebih tinggi beberapa senti dari Ocay, rambut lurus, jidad rata, mata bulat, berkacamata, dengan pipi ‘tembem’, bila berbicara ada nada Batak sedikit. Ia tinggal di kawasan Cakung dan termasuk kalangan menengah ke atas.

Keduanya kuliah di universitas yang sama tapi departemennya berbeda. Dibanding Ocay, ia luar biasa. Aktif di organisasi dan pernah menjabat sebagai ketua senat dan badan eksekutif mahasiswa. Bahkan terakhir, ia melanjutkan kuliah di Singapura.

Lain Nico, lain pula Kiras. Seorang yang kerap menjadi bahan omongan di teman-teman seangkatannya terutama anak-anak cewek ini, benar-benar cool. Tampangnya yang agak lesu karena jarang mandi (jadi agak sedikit mm..gimana gitu!), berkacamata, rambut awut-awutan, gaul, dan sangat sensi (gampang marah) bila disinggung. Pernah menjabat ketua divisi saat Nico menjadi ketua senat. Kiras kuliah di departemen yang sama dengan Ocay. Soal prestasi, lagi-lagi Ocay kalah kelas! (oh...nasibmu Ocay!).

Apa yang menarik dari ketiganya? Sedikit. Ocay berasal dari kalangan tidak mampu, nyaris tidak memiliki fasilitas apa pun kecuali alat tulis yang selalu dipakainya untuk kuliah. Sedangkan bagi Nico, apa pun yang diinginkannya mudah saja. Ocay dan Nico ibarat bumi dan langit. Begitu pula dengan Ocay vs Kiras. Setali tiga uang. Hubungan Ocay dengan keduanya baik-baik saja dan ... biasa-biasa saja. Nyaris tidak saling kunjung, sampai akhirnya Ocay bertandang ke rumah Nico bersama tiga orang temannya. Hanya itu dan tidak lebih. Sampai keduanya lulus, Nico belum sekalipun bertandang ke rumah Ocay. Ocay juga bertandang ke rumah Kiras bahkan menginap, saat Ocay menjadi panitia pengawas ujian SPMB di salah satu sekolah swasta di Ciledug, daerah dimana Kiras bertempat tinggal. Sama seperti Nico, Kiras belum sekalipun berkunjung ke rumah Ocay.

Bagi Ocay, teman adalah mutiara. Ia mesti dijaga dan dirawat. Teman, pikirnya, bisa bernilai segalanya. Ia bisa menjadi sahabat paling dekat kalu kita tulus berinteraksi.

Tapi sayang, Ocay hanya bisa bertepuk sebelah tangan. Tidak hanya Nico dan Kiras, tapi teman-temannya yang lain, tidak pernah sekalipun melirik atau peduli dengannya. Apakah ia kurang tulus? Ocay mengelak, ia tidak pernah meminta-minta apa pun kepada teman-temannya. Bahkan, ia sebenarnya pemalu sekali, sehingga orang lain sering salah paham dan menganggap ia sombong (duh!Ocay..Ocay..nasibmu nian..!).

Meski lulus dari universitas ternama, tidak menjadikan hidup Ocay berubah, setidaknya sampai hari ini. Hal inilah yang membuat Ocay malu dan putus asa. Ia mulai merajut ulang kehidupannya dan mencari teman-teman yang bisa berbagi, yang tidak membeda-bedakan. Ia kirim ucapan ’Selamat Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha’ kepada teman-temannya via email. Meski tak ada balasan, ia tidak menyesal.

Begitulah hidup. Ia pahit dan getir. Karena tidak ada yang mau berbagi. Tiap orang hanya mau menyelamatkan jiwanya sendiri-sendiri. Pergi pagi buta, pulang malam gelap gulita, untuk menghidupi perut yang kerap takut kelaparan.

Tapi Ocay bukan orang yang mudah tergoda dengan rayuan-rayuan sesat yang hanya ingin memanfaatkan kelemahan orang lain ’kalau itu bisa dikatakan sebagai sebuah kelemahan’. Ia tak mau tertipu dengan menukar aqidahnya hanya gara-gara tidak ada teman yang mau berbagi. Karena saat ini, Ocay sudah bahagia, dengan kehadiran teman-teman dan sahabat-sahabat baru yang sudi berbagi setiap saat. Yang tulus dalam berteman.

Bukankah terasa manis dan indah, bila hidup bisa berbagi? Meski tidak 100%, tapi setidaknya kita merasakan hidup lebih ringan bila dipikul bersama. Membantu, saling memberi dan menerima.

Mohon maaf bila ada kemiripan nama, tempat, atau karakter dari peran cerita tersebut.

Read more...

ONLINE

Powered By Blogger

About This Blog

Lorem Ipsum

Our Blogger Templates

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP