ANAK-ANAK ZAMAN

>> Tuesday 26 April 2011

Kami adalah anak-anak zaman yang haus ilmu.
Dalam keterbatasan kami selalu bergerak.
Dalam kesederhanaan kami  menjunjung keutamaan.
Dalam keheningan kami bermunajat.
Dalam keramaian kami berpeluh.
Di langit arasy harapan-harapan kami tertampung.
Di samudera luas berbuncah asa kami tak bertepi.
Kami tak ingin terpuruk.
Kami ingin bangkit.
Kami ingin memancarkan kemilau ke seluruh penjuru dunia.
Hanya saja, layaknya mutiara di dasar lautan, belum ada satu pun tangan-tangan terampil yang menyentuh kami.
Teronggok dalam lapisan kegelapan.
Kegelapan di atas kegelapan.
Seperti halnya intan berlian, kami terpendam jauh di perut bumi tak pernah tergali.
Teronggok dalam lapisan kegelapan.
Kegelapan di atas kegelapan.
Akhirnya, kami selamanya tersimpan dalam cangkang kegelapan lingkungan kami.
Alhasil, kami hanyalah seonggok galian yang dikira bebatuan kasar penghuni kerak bumi.
Kami pun ingin bermetamorfosa menjadi kupu-kupu.
Yang ingin menari mengelilingi bunga nan harum semerbak.
Tapi nyatanya, kami dibunuh saat masih berupa ulat yang katanya ‘menjijikkan’.
Bahkan kami pun mati tatkala berada dalam pupa ‘keheningan’ kami.
Kami pun ingin menjelma menjadi tetumbuhan yang menaungi bumi.
Yang akan mengaliri sungai ‘harapan’  dengan mata air kecemerlangan kami.
Tapi sayang, saat berupa benih, kami tak pernah menikmati ‘air kehidupan’ dan ‘sari’ kebijaksanaan.
Saat kami ingin berfotosintetis melalui daun pertama kami, justru kami tak mendapati hangatnya cahaya matahari.
Yang akan menghasilkan makanan bagi jutaan jiwa.
Tanah tempat kehidupan kami pun kering kerontang tak layak lagi.
Gersang.
Kini, tahukah kau akhir kehidupan kami?


(Rabu dini hari, tuk anak-anak peradaban)

Read more...

ONLINE

Powered By Blogger

About This Blog

Lorem Ipsum

Our Blogger Templates

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP