Kebeningan Air Mata Cinta

>> Wednesday 22 July 2009

Biarkan air mata itu mengalir. Jangan ditahan. Ia adalah sebentuk kekuatan cinta. Berderailah air mata. Jatuhlah ia ke pipi. Membasahi pelupuk mata. Biarkan hatimu mengharu biru karenanya. Iringi ia dengan selaksa doa ke langit tinggi. Biarkan Tuhan membelaimu dengan kasih sayang-Nya yang tak terhingga. Biarkan air mata itu tumpah. Tumpah ke bumi bersama derai air mata bidadari. Jangan ditahan air mata cinta. Ia adalah gerimis di sore hari. Bersamanya ada pelangi yang kan mewarnai langit biru. Membumbung tinggi bersama selangit asa. Indah.

Saya sering melihat orang menangis, dengan beragam latar belakang yang membuat mereka menangis. Tapi, pernahkah Anda melihat orang yang menangis karena cinta? Di sini saya tidak sedang menjadi pujangga cinta yang merangkai kata-kata. Ada orang yang menangis tapi sesungguhnya ia berbahagia. Unik memang. Jangan samakan dengan orang yang menangis karena terharu. Bagi semua orang yang menangis, termasuk Anda (juga saya), air mata adalah pendukung suasana hati. Mampu meredam emosi yang bergejolak. Ia adalah sederet makna yang terpendam jauh di dalam diri.

Jika anak kecil menangis, maka ia merupakan bentuk kekuatan. Dorongan yang sangat kuat terhadap lingkungan yang menekannya. Biarkan anak-anak menangis, karena mumpung mereka masih kecil, tangisan mereka belum berarti apa-apa. Tulus.

Apa yang sering dikeluhkan banyak orang, kawan?

Tuhan. Tuhan adalah musuh abadinya. Ia benci terhadap Tuhan yang tidak berpihak padanya. Ia marah terhadap Tuhan. Ia mengumpat Tuhan. Segala sesuatu yang tidak 'baik' untuk dirinya selalu dikeluhkan. Padahal semua itu tidak akan menambah selain kerusakan dirinya sendiri. Tuhan tetap Maha Perkasa dan Maha Kaya. Kekayaan-Nya tidak pernah berkurang sedikitpun.

Kalau tangisan itu tulus, maka kau akan merasakan betapa kasih sayang Tuhan tidak terbatas. Meluluh lantakkan kesombongan yang bercokol dalam dirinya. Apatah lagi tangisan itu dilandasi cinta yang tulus terhadap Tuhan. Ia menetes. Dan tetesannya itu mampu memadamkan gejolak dosa yang berkobar mengepung dirinya. Bulir-bulir air matanya akan mampu menaklukkan jiwa-jiwa kasar lagi bebal.

Kalau kau menangis karena itu, maka yakinlah kau beruntung!
Karena Tuhan senang terhadap hamba-Nya yang begitu tulus ikhlas kepada diri-Nya.

Read more...

Fokus Harapan Kita

>> Saturday 11 July 2009

Lihatlah anak panah yang tengah melesat cepat dari busurnya. Sepersekian detik ia telah berada jauh dari tempatnya semula. Entah tepat mengenai sasaran atau justru melenceng jauh dari perkiraan. Apa yang dikehendaki dari manusia senantiasa meluncur deras bak anak panah yang terlepas dari busurnya, atau air bah yang tumpah dari bendungan. Tak pernah tertahankan. Bagi saya (dan mungkin juga bagi Anda), kehendak dan begitu pula keinginan serta cita-cita, mesti diarahkan sedemikian rupa sehingga ia tepat memenuhi harapan kita. Ia mesti tepat mengisi kebutuhan kita. Karena sesungguhnya harapan-harapan itu juga adalah kebutuhan kita. Apa yang tidak boleh berhenti dari kita adalah senantiasa berharap. Harapan itu mesti dijaga dan dipelihara. Karena sesungguhnya kerja-kerja yang kita lakukan adalah juga upaya pemenuhan dari harapan kita. Ia juga merupakan buah dari hasil pemikiran kita dalam jangka waktu yang cukup lama. Ia juga merupakan sebentuk kasih sayang Tuhan terhadap keinginan-keinginan kita. Ia sebentuk kepercayaan positif terhadap ke-Maha Agung-an Tuhan.
"Dan berdoalah kepada-Ku niscaya Ku kabulkan".
Berilah diri kita (dan Anda juga) apresiasi setinggi mungkin terhadap harapan-harapan kita. Betapa kita telah melampaui sekat-sekat yang menghimpit keberadaan kita, menyingkirkan ketakberdayaan kita. Menembus kemustahilan menjadi kenyataan dalam alam pikiran kita.
Lihatlah orang-orang besar di sekeliling kita. Pernahkah mereka berpikir bahwa kerja-kerja yang mereka lakukan begitu berpengaruh terhadap keberhasilan orang banyak. Tahulah Anda, harapan-harapan mereka jauh melampaui harapan-harapan orang-orang yang berada disekelilingnya. Mereka punya keterbatasan? Ya. Mereka punya banyak harta? Tidak. Kalau begitu mereka kebanyakan orang miskin? Tidak juga. Mereka, orang-orang besar itu juga sama seperti kita. Mereka punya keterbatasan. Dan, satu-satunya keterbatasan yang mereka miliki yaitu mereka adalah manusia. Itu saja. Mereka bukan Tuhan. Mereka bukan malaikat atau jin. Mereka tidak mampu mengubah apa yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Tapi melalui "tangan" mereka-lah, Tuhan bersedia mengubah keadaan orang, masyarakat, bangsa, negara bahkan dunia. Kerja-kerja yang mereka lakukan menginspirasi orang lain, bangsa, negara bahkan dunia. Tak ayal lagi, dunia berubah dengan kerja-kerja mereka. Kehadiran mereka saja sudah menjadi inspirasi. Bersemangat!! orang bilang. Pernahkah Anda menyadari itu? Wallahu a'lam.

Lenteng Agung

Read more...

Persahabatan

>> Monday 6 July 2009

Sahabat itu ibarat dua sisi keping mata uang logam. Saling melengkapi. Ia menuturkan apa-apa yang kita lakukan. Bahagianya adalah bahagiaku juga, deritanya adalah deritaku juga. Seperti pada hari ini, Senin, 13 Rajab 1430H atau 6 Juli 2009 pukul 11.45 WIB, sahabatku Wasis mengalami kecelakaan di Subang, Jawa Barat. Akibatnya ia mengalami patah tulang dan luka di wajah. Saat ini ia dirawat di Ruang IGD RS CIERENG Subang.

Aku ingat betul, Kamis lalu, 3 Juli 2009 ia berkunjung ke rumahku. Sudah lama kami tak bertemu. Aku sudah berkunjung ke Subang 3 kali, sekaligus menyambanginya yang bekerja sebagai guru di SMPIT Syifa Subang. Jum'at itu, ia sudah tiba di rumahku (baca: orangtuaku) pukul 20.00, padahal aku sendiri masih diperjalanan dari kantor. Akhirnya, selang sepuluh menit aku tiba di rumah. Aku lihat dari jauh sebuah sepeda motor besar terparkir di depan rumahku. Sebuah...., megapro. Wow! (eit, maaf, subhanallah). Ia sedang mengobrol dengan ummi (baca: ibuku).

Setelah melepas rindu, kami makan bersama, meski aku sendiri sudah makan di kantor selepas buka puasa sunnah. Selesai makan, ia mengajakku jalan-jalan dengan motor barunya. Sebenarnya aku sedikit kesal kalau malam-malam begitu diajak jalan-jalan. Bukan apa-apa, ngantuk boy! Lucunya, ia sendiri masih kagok mengendarai motornya itu, "Sorry ya, ane masih rada kagok neh!" katanya. Hah! Yah, sudahlah. Akhirnya kami berdua ke jalan baru Depok Timur. Dia rada kaget rupanya melihat kondisi yang cepat berubah di Depok. Terlalu! padahal dia sendiri sudah lama tinggal di Depok. Benar juga, rupanya ia benar-benar masih kagok dengan motor barunya itu! Hehe...mantab bro!

Sampai di ujung jalan baru, ia celingak-celinguk melihat jalanan, "kira-kira mau makan apa ya?". Dasar, emng tadi kurang kenyang ya?! Matanya lantas tertuju pada warung tenda (terpal kali..!) yang menjual empek-empek palembang. So, akhirnya kami makan disitu dech. "Mau kapal selam ga bro..!" pintanya. "Terserah dah!". Aku sendiri masih sungkan makan lagi, ga ada selera, tapi karena dia yang ngajak ya it's oke lah!

Selang empat puluh menit aku dan Wasis ngobrol sambil menikmati empek-empek, yang rasanya menurutku biasa-biasa aja. Kami ngobrol tentang teman-teman SMA yang sudah menikah. Ada yang sudah punya anak, ada juga yang belum. Ada yang tinggal di Depok, ada juga yang 'hijrah' ke luar Depok. Sementara ia masih menantangku bicara, datang dua pengamen anak-anak yang minta empek-empek yang kami makan. Empek-empek yang kami makan sayangnya tinggal mienya aja. Secara berbarengan kami berdua langsung menyodorkan empek-empek tersebut kepada mereka. Hehe..tinggal dikit bro!

Akhirnya, kami balik ke rumahku. Di rumahku, Wasis ngobrol sebentar, mengenai rencana walimahanku. Ah, Wasis, orang yang pernah membantu skripsiku. Waktu itu aku numpang ngetik dan numpang nginap di rumahnya. Maklum di rumahku ga punya komputer. Dia ga pernah mengeluh.

Sekarang, dia terbaring tak berdaya di Subang. Kecelakaan. Sebenarnya, sewaktu di rumahku dia sendiri ga yakin membawa motornya ke Subang. Tapi, yah! We must go on!
Begitulah takdir berjalan atas manusia. Ku doakan untukmu sahabatku:
"Ya Allah, lindungilah ia beserta keluarganya dari musibah dan malapetaka. Sembuhkan luka-lukanya. Mudahkanlah urusannya. Ampunilah kami semua ya Arhamarrohimiiin"
Salam cinta tuk sahabatku Wasis.

Read more...

ONLINE

Powered By Blogger

About This Blog

Lorem Ipsum

Our Blogger Templates

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP