"Ibunda" [Yodi]

>> Tuesday 14 June 2011

Sontak aku terdiam.
Kerongkonganku tercekat.
Mendadak aku larut dalam sedih.
Mendadak aku menangis. Tapi sekuat apapun aku menahan air mata agar tak tumpah, nyatanya dorongan empati yang luar biasa dalam menyebabkan aku tak kuasa berlinangan air mata. Hanya karena ada dua keponakanku yang masih kecil disampingku aku sanggup tidak sesenggukan di depan mereka.


Yodi. Aku tak tahu nama lengkapnya.
Nama itu nampak sederhana di telingaku.
Perawakannya pun biasa saja. Tipe anak-anak jalanan. Tidak jangkung , tidak pula pendek. Mungkin setinggi perawakannya denganku. Kulitnya sawo matang. Raut wajah yang mengguratkan perjuangan hidup yang tak mudah.

Sayu matanya. Agak gondrong rambutnya. Biasa saja suaranya. Namun irama yang disenandungkan mampu membuat hening seluruh pemirsa yang hadir saat itu, begitulah yang aku saksikan. Bahkan beberapa dari mereka sampai menitikkan airmata. Andaikata tidak dalam suasana ramai dan formal, saya yakin mereka semua yang hadir akan menangis.


Ini bukanlah sebuah kebetulan. Aku yakin.
Allah Yang Mahalembut tengah 'memainkan' perasaan dan jiwaku dan orang-orang disekitar Yodi.


Bila harus mengingat satu nama yang pantas untuk dikenang, dan satu sosok yang tak pernah tergantikan dalam hidup ini, maka satu nama dan satu sosok itu ialah "IBU" kita.
Kehadirannya membawa kehangatan. Senyumannya meredakan kegalauan. Kasih sayangnya berjuta-juta laksana curahan salju nan lembut menerpa wajah kita.



Itu pulalah yang dibawakan oleh Yodi, sebuah persembahan tuk "Ibunda" tercinta yang tlah tiada. Karena Yodi kini 'hanya' berdua bersama sang ayahanda di sebuah 'rumah' kontrakan. Sederhana. Teramat sederhana bahkan.
Yodi tlah putus sekolah meskipun keinginannya tuk melanjutkan kembali tetap ada. Yodi kini mesti membantu sang ayah dengan mengamen dari satu bus ke bus lain, dari terminal satu ke terminal lainnya. 'Hanya' untuk sesuap nasi dan masa depan yang tak pasti.


Tapi Yodi tak mau menyerah. Baginya hidup terlalu mahal bila hanya diratapi. Maka diapun berjuang dengan cara yang ia bisa. Dan sang ayah pun mengajarkannya bermain gitar. Sangat sederhana. Sangat bersahaja. Bahkan mungkin hanya itu yang ayahandanya bisa lakukan terhadap buah hatinya, Yodi. Namun Yodi yakin suatu saat nanti ia bersama sang ayah mampu merajut kehidupan ini dengan indah.

Inilah petikan syair tuk "IBUNDA' oleh Yodi:

Detik ini ku ingat lagi tentang dia
Ku rindu belaian dengan kasih sayangnya
Hangat peluknya buat ku terbang
Melalang buana dengan sejuta rasa yang indah

Reff:
Kau pelita hatiku selamanya kan ku tunggu
Namamu selalu harum di dalam sanubari
Kau sosok yang terindah yang ku sayang dan ku cinta
Pena di jiwaku tlah tuliskan satu nama hangat kau Bunda

Kapan kau pulang kapan kau datang
Sosokmu tak akan tergantikan
Tuhan sampaikan rinduku padanya
Sungguh ku ingin memeluk erat tubuhnya


**dunia cita & mimpi
[diambil dari setting acara KickAndy, jum'at 10 juni 2011]
teruslah berkarya dan bercita sobat!
Selasa, 140611.

Read more...

ONLINE

Powered By Blogger

About This Blog

Lorem Ipsum

Our Blogger Templates

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP