Dzaki Fathurrahman Albanna

>> Tuesday 16 April 2013

Bismillahirrahmanirrahim ...


Ahad malam

Depok, 3 Maret 2013, mulai terlelap pada jam 10 malam. Hujan deras mengguyur lebat rumah-rumah dan pekarangan kami hingga jalanan pun telah basah oleh air yang tumpah ruah dari langit. Kami kedinginan. Menggigil.
Nampak istriku telah mengerang kesakitan akibat kontraksi kehamilan di pekan empat puluh.

Ibuku yang biasanya nampak tenang mulai menunjukkan kekuatirannya. "Mungkin sudah pembukaan lagi,bawa aja ke rumah sakit" begitu katanya.
Sontak semua seisi rumah tegang dan sedikit panik. Kejadian seperti ini sudah sering dialami istriku yang sedang hamil. Tapi, ini adalah saatnya, empat puluh pekan telah dilalui. Menurut perkiraan dokter pada tanggal 4 Maret 2013,anakku akan lahir.

Kakakku segera pergi memanggil taksi. Agak lama. Setengah jam kemudian dalam keadaan hujan deras, kami mengangkut barang-barang yang perlu dibawa ke rumah sakit. Semua ikut larut dalam kesibukan dadakan ini, termasuk keponakanku yang terkecil. Ia turut dengan kakakku memanggil taksi. Bahkan rela sendirian menunggui kami menuju taksi yang diparkir agak jauh dari rumah. Aku sempat protes, kenapa taksi diparkir jauh dari rumah? padahal bila diminta di perempatan gang, supir mau juga kok. Tapi kakakku membantah, katanya jalanan di perumahan sini banyak "polisi tidur" yang mengganggu laju kendaraan. Dan itu kadang dikeluhkan para supir taksi.

Kami semua hampir basah kuyup bila tak memayungi diri dengan payung. Malam itu juga aku, istri, ibu mertua, dan kakakku pergi ke RS Fatmawati. Sebuah perjuangan dimulai.

Semoga ini semua rahmat dan karunia dari Allah swt. Tiap kali istriku pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya, maka saat itu juga selalu turun hujan deras. Deras sekali.
Maka, aku berharap, sekali lagi agar Allah swt berkenan menurunkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami.

Semua berlalu sangat cepat. Tulisan ini semestinya diselesaikan seminggu setelah istriku melahirkan, tapi apa daya terbengkalai hingga sebulan kemudian.

Istriku langsung ditempatkan di ruang gawat darurat kandungan. Dan di sana ternyata istriku tidak sendirian. Ada beberapa wanita yang tengah berjuang keras untuk melahirkan bahkan tak sedikit dari mereka berteriak mengerang kesakitan demi sang buah hati.

Malam itu jam 11 malam saat pagi menjelang hari senin, kami semua tepekur dan berserah total kepada Allah swt. Inilah saat-saat genting dalam hidupku dan istriku melewati titian kuasa-Nya. Hingga senin sore istriku tak kunjung ada kemajuan dalam pembukaan. Seolah terhenti pada pembukaan tiga saja. Tak bertambah. Kami semua panik. Aku dan istriku masih bersikukuh proses kelahiran harus normal. Tak terpikirkan untuk menjalani sesar. Karena seluruh persiapan sudah berjalan stabil dan kuat. Oleh karena itu tak terpikirkan akan menjalani sesar.

Namun aku keliru.
Kondisi istriku makin payah dan mulai berteriak-teriak seperti para wanita lainnya yang mengalami hal sama. Melahirkan, sungguh proses yang sangat menegangkan.
Hingga hari selasa, 5 Maret 2013 kondisi istriku makin payah. Prediksi kelahiran seharusnya 4 Maret 2013 telah terlewatkan. Seorang perawat mengatakan bahwa istriku akan dipantau oleh dokter laki-laki. Aku tegas menolak, karena sejak awal istriku dipantau oleh dokter wanita. Akhirnya kegigihanku berbuah.

Istriku dipantau langsung oleh dokter wanita yang ahli di bidangnya. Sebenarnya masih ada asa ketika dokter memberikan kabar bahwa istriku bisa melahirkan normal.

Namun sayang sekali, pembukaan hanya berjalan hingga yang kelima. Berhenti total. Sementara air ketuban terus berkurang dan ini justru malah menambah penderitaan istriku.
Aku tak sanggup melihatnya. Dan kekokohanku pun roboh seketika. Aku pasrah. Istriku harus cepat disesar. Bila tidak akan berakibat pada istri dan anakku. Akhirnya dengan penuh daya dan cepat, seluruh perawat membawa istriku ke ruang bedah. Kejadiannya sungguh tak terduga dan begitu cepat. Aku tak kuasa melihatnya. Aku lemah. Aku tak berdaya. Laa hawla walaa quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhiim.

Sore hari jam 14.20 wib anakku telah lahir. Itulah hari dimana aku seolah dibangkitkan dan dilahirkan kembali. Aku berurai air mata. Tak tertahankan. Aku menangis. Seperti anak kecil yang baru bangun tidur karena mimpi buruk. Alhamdulilahi rabbil 'alamiin.

Istriku masih di ruang bedah. Belum siuman.
Aku tetap menunggu. Dan masih menunggu.
Aku bawa dan dorong kereta bayi yang didalamnya terdapat anakku yang sedang bergeliat manis. Namun ia tidak menangis. Salah seorang menyertaiku hingga ke ruang perinatologi dan disanalah anakku akan dirawat hingga 7 hari ke depan karena air ketuban tertelan saat ia dilahirkan dan diharuskan perawatan intensif.

Kakak dan ibu mertuaku turut serta bersamaku. Lalu kakakku menyarankan agar aku mengazankan anakku. Perawat membuka sedikit jendela kereta dorong, lalu aku membungkuk sedikit dan mulai mengumandangkan azan di telinga kanannya serta iqamat di telinga kirinya.

Perasaan haru biru tiba-tiba menyeruak ke dadaku. Aku meneteskan air mata. Sekuat-kuatnya aku ternyata tak berdaya juga demi melihat anakku yang baru pertama kali lahir ini.

Saat menjelang malam istriku telah berada di kamar rawat. Ku peluk cium tangan dan dahinya. Sebuah pengorbanan besar yang takkan terbayar dengan apapun jua.

Hingga hari Jum'at atau Sabtu aku masih menentukan nama anakku. Mana yang lebih baik untuknya. Hingga Allah swt mengilhamkan sebuah nama untuknya.

Sebuah keberkahan. Sebuah perjuangan. Sebuah penghargaan. Banyak hal yang harus dilalui. Sejak kedatangan kami mengantar kelahiran anak ini hingga kepulangan kami, setiap malam langit selalu menumpahkan rahmat-Nya berupa hujan lebat. Aku tak mengatakan itu ada hubungannya dengan anakku. Sama sekali tidak. Itu semua adalah takdirnya. Allah swt yang punya kehendak dan Dialah yang menentukan dimana air akan ditumpahkan.

Ahad pagi anakku diperbolehkan pulang ke rumah, tapi aku harus melunasinya besok senin, 11 Maret 2013 karena petugas libur di hari minggu.

Dialah anakku. Anugerah dari Tuhanku, Allah swt.
Dan ku namai ia :

DZAKI FATHURRAHMAN ALBANNA

ia seorang laki-laki yang cerdas, seorang pembina yang diberi kemenangan oleh Sang Maha Pengasih

saat berumur 0 hari












saat berumur 9 hari












saat berumur 10 hari, DFA bersamaku


0 comments:

ONLINE

Powered By Blogger

About This Blog

Lorem Ipsum

Our Blogger Templates

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP